3 Pelajaran dari buku Subtle Art Not Giving F*ck karya Mark Manson

Adrian Fizgerald
3 min readMar 25, 2021

--

Review book in Bahasa Indonesia

Takut ditolak, takut ketinggalan, takut jadi mediocre(re:biasa aja) dan sederet takut lainnya merupakan masalah yang dihadapi setiap orang. Akhirnya, beberapa orang memaksakan diri untuk mengubah sesuatu. Tak jarang dalam usaha itu mereka pun berubah menjadi orang lain.

Seringkali kita ingin mengubah hal-hal yang sebenarnya tidak bisa diubah, seperti pendapat orang lain, prinsip orang lain, dan hal-hal lain yang berada di luar kendali kita. Mark Manson lewat buku ini memberi pesan bahwa dengan banyak nya hal yang terjadi di luar kendali kita dan tidak sesuai harapan, seseorang harus memilih apa yang harus dipedulikan.

Source Image: Tbk Consult

Karena itu lebih baik kita fokus ke hal yang bisa dikontrol dan bisa kita ubah. The Subtle Art of Not Giving F*ck memberikan banyak sekali pelajaran yang berguna dan mudah untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah 3 pelajaran yang ada dalam buku The Subtle Art of Not Giving F*ck.

Prinsip pertama, You are not special.

Selama 24/7 sosial media membanjiri kita dengan postingan berisi kemewahan, pencapaian dan popularitas orang lain. Mereka terlihat tidak punya masalah dan hal itu membuat kita insecure.

Postingan di media sosial membuat pencapaian dan hidup kita kita terlihat biasa saja dibanding orang lain. Sebenarnya, hal tersebut dirancang untuk membuat kita tetap merasa kurang dan insecure.

Manson mengatakan,

The vast majority of your life will be boring and not noteworthy, and that’s okay.”

“Sebagian besar perjalan hidup akan berisi hal membosankan dan ada bagian yang tidak perlu diingat, dan itu tidak ada yang salah dengan itu.”

Yang bisa dilakukan untuk menangani hal ini sangat simple. Seseorang harus tahu bahwa setiap orang memiliki masalah masing-masing yang tidak ditunjukkan di depan publik.

Ketimbang mempedulikan hal-hal semu lainnya, lebih baik kita fokus kepada apa yang bisa kita lakukan. Seperti, menghargai pertemanan, menciptakan hal baru, menolong orang dan tertawa bersama orang terdekat. Aktivitas yang terbilang biasa saja. Terdengar klise, tapi mungkin saja yang biasa saja itu yang sebenarnya penting.

Prinsip kedua, The Value of Suffering

Priotizing better values, choosing better things to give a fuck about. Because when you give a better fucks, you get better problems.

Manson mengambil contoh dari Dave Mustaine, seorang gitaris. Mustaine dikeluarkan oleh band Metallica dan menjadi gitaris Megadeth. Bukannya melihat sisi positif dari kesuksesannya bersama Megadeth sekarang, Mustaine malah terus membandingkan diri dengan popularitas band yang telah membuangnya.

Mustaine sangat sukses, tetapi tolak ukurnya untuk mengalahkan popularitas dan kesuksesan Metallica membuat ia merasa gagal.

Menurut Manson contoh prinsip-prinsip yang sehat adalah: kejujuran, inovasi, kerapuhan, membela diri sendiri, membela orang lain, harga diri, rasa ingin tahu, amal, kerendahan hati, dan kreativitas.

Sedangkan contoh prinsip yang tidak sehat adalah: mencapai tujuan dengan menipu atau kekerasan, merasa paling benar, merasa paling penting, ingin kaya untuk memperkaya diri, dsb.

Pertanyaannya adalah, ketika kita mengalami masalah atau kegagalan, prinsip mana yang kita pegang? Standar apa yang kita tentukan mengenai sukses dan kebahagiaan?

Contoh, ketika belum memiliki pekerjaan, jika seseorang memegang prinsip yang baik ia akan sungguh-sungguh mengusahakan agar ia memiliki pekerjaan. Bukan karena takut jadi perbincangan tetangga, tetapi karena ia memiliki tolak ukur yang baik. Yaitu bekerja adalah bentuk tanggung jawabnya untuk membiayai keluarga.

Prinsip Ketiga, Do Something

Motivasi seringkali menjadi penghambat seseorang untuk melakukan sesuatu. Manson memiliki solusi sendiri terhadap masalah ini,

Action -> Inspiration -> Motivation

Seseorang harus memulai sebuah tindakan, baru ia mendapatkan inspirasi dan motivasi. Berbagai tindakan yang diambil menstimulasi reaksi emosional dan inspirasi yang akan memotivasi seseorang dalam mengambil tindakan selanjutnya.

Ketika seseorang do something maka kegagalan menjadi tidak penting lagi. Bukan semata-mata tidak penting, tetapi seseorang akan lebih menghargai usaha yang dilakukan secara konsisten dan progress yang didapat ketimbang terus bertumpu pada hasil. Karena seringkali hasil yang didapat juga tidak sesuai dengan usaha yang sudah dilakukan.

Penutup

Yang membuat kita menderita seringkali adalah mindset dan prinsip kita sendiri. Prinsip-prinsip yang tidak sehat membuat seseorang akhirnya membesar-besarkan masalah dan mengabaikan hal yang penting.

Buku yang aku baca adalah versi kindle. Tulisan Manson sangat kritis, lucu dan memotivasi disaat yang bersamaan. Layak untuk dibaca.

Like kalau kamu suka artikel seperti ini, ya! Share kalau artikel nya bermanfaat buat kamu! Comment untuk peningkatan penulis!

--

--

Responses (1)